CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Rabu, 24 Desember 2008

Selasa, 23 Desember 2008

haiiiooo...hehe...!! mu ktwa dl iaaah!! samlekom tretans..!! neh nak pa a espesial, O_jeick, dund forget mii,,!! ingtlah wkt kita tertawa n menangs brsm!! pers bo'..!! hehe.. poko'e luph yu all iaah!! mg blog w ni b'guna wat lw smua, n nih bklan nongol d majas smansa, our luphely sculla'an!!

Senin, 22 Desember 2008

PTN ato PTS iaach..?



Siapa yang nggak tau apa itu PTN dan PTS? Ck…ck…! Okey, PTN itu singkatan dari Perguruan Tinggi Negeri, sedangkan PTS itu adalah Perguruan Tinggi Swasta. Pasti Oner’s, khususnya kelas XII sudah punya ancang-ancang untuk meneruskan pendidikan di jenjang Universitas. Hmm… atau ada juga yang memilih jalan lain. Asal nggak ngebet ke KUA aja (hehe..kidding). Yup, pasti dong Oner’s pengen jadi orang yang sukses. Nah, dibalik keinginan itu, nggak jarang kamu mengalami kesulitan atau kebimbangan dalam memilih dan memutuskan Universitas serta fakultas apa yang dinginkan. Kadang pilihan kita bingung antara masuk PTN atau PTS. Mayoritas 80% siswa ingin meneruskan ke PTN dengan argumen biaya yang lebih murah dan lebih diakui mutunya daripada PTS serta prospek kerjanya. Hmm… apa bener gitu ya? Simak informasi di bawah nie iuuuk….!
Pada tahun 2007, sekitar 75% peserta SPMB gagal dalam seleksi tersebut. Angka ketidakberhasilan ini diikuti dengan penambahan peningkatan jumlah peserta SPMB di PTN.
Memang, perguruan tinggi negeri (PTN) masih menjadi dambaan sebagian besar lulusan SMA yang ingin melanjutkan studi. Bahkan, tidak jarang pula orang tua siswa yang melakukan segala cara agar anaknya dapat diterima di PTN. Mulai dari memberikan kursus privat dan memasukkan anak ke lembaga bimbingan belajar. Hingga, cara ekstrem, seperti menyewa joki saat ujian SPMB berlangsung. Lain lagi lho dengan jalur PMDK yang sekarang sudah ada berbagai pilihan.
Semua itu disebabkan konstruksi pikiran masyarakat kita yang masih menganggap PTN jauh lebih baik daripada perguruan tinggi swasta (PTS) yang ada. Selain itu, terdapat anggapan bahwa kuliah di PTN jauh lebih tinggi prestise-nya jika dibandingkan dengan kuliah di PTS. Padahal, seiringperkembangan waktu, banyak PTS yang menjelma sebagai sebuah institusi pendidikan dengan kualitas yang malah lebih baik daripada PTN. Bahkan, biaya kuliah di PTS, yang dulu dianggap mahal, kini malah lebih murah daripada PTN. Padahal, fasilitas yang diberikan beberapa PTS lebih lengkap jika dibandingkan dengan PTN.
Sekadar pembanding nih Oner’s, di FISIP Unair, fasilitas internet gratis aja gak ada. Kalaupun ada, mungkin saja belum maksimal. Padahal, kebutuhan internet bagi mahasiswa sekarang ini ibaratnya sama penting dengan buku-buku referensi kuliah.
Begitu juga dengan fasilitas rujukan perpustakaan, koleksi bukunya masih minim. Sedangkan di PTS lain, fasilitas itu sudah ada dan komplet. Bahkan, fasilitas tersebut bukan barang baru bagi mahasiswanya. Padahal, jika dilihat dari besarnya biaya kuliah, antara PTN dan PTS hampir tidak berbeda jauh.
Apalagi setelah maraknya PTN membuka ujian lokal, besar uang kuliah bagi yang diterima lewat ujian itu mencapai tiga kali lipat dari mahasiswa yang masuk melalui SPMB. Itu belum ditambah dengan uang sumbangan yang mencapai puluhan juta rupiah. Karena itu, tidak heran jika berkembang asumsi di masyarakat yang menyatakan, jika ingin diterima di ujian lokal PTN, uang sumbangan yang diberikan harus diperbesar.
Bagi peserta SPMB yang tidak berhasil menembus PTN, tidak perlu kecewa. Toh, sudah banyak PTS yang punya kualitas bagus dan jaringan penempatan kerja yang luas. PTN ataupun PTS tidak punya pengaruh yang besar terhadap kesuksesan kita di masa depan. Sebab, hal itu ditentukan oleh kemauan dan usaha kerja keras kita.
Banyak contoh orang sukses tanpa mengenyam pendidikan sekolah formal. Thomas Alva Edison, penemu bola lampu dan ribuan penemuan lainnya, berhasil mengembangkan diri tanpa melalui pendidikan formal. Begitu juga, Abraham Lincoln yang tidak meneruskan ke perguruan tinggi karena keterbatasan biaya. Tetapi, dia berhasil menjadi presiden AS.
Tentunya, mereka mendapatkan hal itu tidak dengan mudah. Tapi, dengan kemauan kuat dan kerja keras. Seperti, Thomas Alva Edison yang harus mengalami ratusan kegagalan, bahkan ribuan kali, sebelum berhasil menemukan satu bola lampu. Justru, karena gagal itulah, dia berhasil mengetahui kesalahan dan memperbaikinya sehingga mendapatkan hasil maksimal.
Terlepas dari kesuksesan orang-orang yang dipengaruhi kemauan kuat dan kerja keras tersebut, peran orang tua memiliki porsi yang penting bagi kesuksesan anak. Dukungan yang mereka berikan terhadap bakat atau potensi anak memiliki pengaruh yang signifikan bagi kemajuan anak. Orang tua jangan malah memaksakan kehendak kepada anak sehingga dapat menghambat potensi anak.
Misal, si anak berkeinginan melanjutkan studi di jurusan sosial karena suka dan tertarik untuk menggelutinya. Akan tetapi, si orang tua memaksakan untuk menempuh studi di jurusan eksak karena jurusan tersebut lebih bergengsi daripada jurusan sosial. Padahal, si anak punya kelemahan di bidang eksak.
Akhirnya, dalam perjalanan studi tersebut, si anak tidak berhasil mengikuti pembelajaran, hingga stres, dan ujung-ujungnya di-drop-out (DO) dari bangku kuliah. Itulah yang saya maksud sebagai halangan bagi kemajuan anak.
Meski gagal SPMB, itu tidak berarti akhir dari segalanya. Lihat potensi yang kita miliki dan berusahalah mengembangkannya. Tempat mengembangkan potensi diri itulah yang harus kita pertimbangkan masak-masak. Banyak tempat yang siap membimbing kita untuk maju. Tidak peduli PTN, PTS, atau lembaga nonformal lain. Asal punya kemauan dan kerja keras, kita bisa menentukan arah kesuksesan masa depan kita. Semoga saja.
Nah… setidaknya ini bisa jadi pertimbangan Oner’s yang mungkin punya minat ke Perguruan Tinggi Swasta atau ingin ke PTN tapi ragu dengan segala konsekuensinya. Ayo, Oner’s harus punya motivasi untuk bersaing, mantapkan pilihan Oner’s for your future!_bri3_
Source:www.cangkeman.wordpress.com. Created by Gandha Widyo Prabowo, mahasiswa FISIP Unair.